Wayang Sebagai Media Dakwah



WallpapersKu Indonesian Wayang Desktop Wallpaper 1600x1000
 Wayang adalah potret kehidupan yang berisi sanepa (sindiran), piwulang (ajaran), dan pituduh (nasehat). Wayang berisi kebiasaan hidup, tingkah laku, etika kehidupan manusia dan keadaan alam. Cerita lakon wayang mencerminkan pralambang kehidupan manusia. Antara lakon satu dan lainnya berbeda, para pelaku yang disebut dalam cerita, inti dan alur cerita wayang menggambarkan kehidupan manusia mulai dari lahir, dewasa hingga mati. Dalam proses ini manusia senantiasa mengupayakan keseimbangan antara manusia Alam dan Tuhan Yang Maha Esa. Wayang ini digunakan oleh Walisanga dalam Islamisasi Jawa.
Wayang berkembang sesuai dengan kehidupan dan peradaban manusia, sejak zaman Ramayana dan Mahabarata, zaman kerajaan Jawa serta zaman revolusi kemerdekaan. Wayang merupakan gambaran dari kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok menghasilkan ajaran moral manusia yang lengkap dan kemudian menjadi baku. Dalam bentuk, seperti; sanepa, piwulang dan pituduh bagi kehidupan manusia mencapai kesejahteraan dalam suasana tenang, tentram dan damai. Dalam tradisi literasi terdapat semacam pandangan bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang secara mistik eksotik, tidak sama dengan masyarakat mana pun.
Wayang sebagai etika kehidupan disebut juga budaya ratu. Ratu adalah seorang pemimpin bangsa dan pemimpin negara. Sedangkan karatuan sebagai sumber pembudayaan wayang. Pelestarian Karaton sebagai sumber dan pusat kebudayaan pewayangan berarti melestarikan etika kehidupan yang adiluhung dan bermanfaat. Namun demikian pelestarian budaya pewayangan hanya dapat tercapai jika terdapat pemahaman bersama tentang hakekat dan makna dari pewayangan sebagai etika dan pedoman hidup yang sebenarnya.
Sebagai kekuatan dari kebudayaan Jawa ini adalah kemampuannya untuk menyerap dan mengintegrasikan semua pengaruh budaya Hindu, Islam dan lainnya yang datang ke Jawa adalah kesenian wayang. Kesenian wayang dengan unsur-unsur autochton dari dirinya sendiri. Misalnya; kaum intelektual tradisional Jawa mampu mengambil unsur-unsur yang diperlukannya dan menjawakannya. Berbagai kisah yang berasal dari kebudayaan Hindu, Budha dan Islam, tetapi perwujudan dan narasinya dengan jelas beratar belakang budaya Jawa.
Walisongo dkk. tidak hanya memiliki keahlian berdakwah, tetapi mempunyai khazanah sufistik yang cukup mendalam dan substantif. Syaifullah membagi lima model strategi dakwah Walisongo dalam menyebarkan dan mengembangkan misi Islam di Jawa, antara lain:
1.       penyebaran ulama-ulama ke daerah-daerah yang menjadi bawahan Majapahit;
2.       pengenalan ajaran Islam secara persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah sesuai dengan kondisi dan situasi;
3.       perang ideologi untuk memberantas nilai-nilai dogmatis;
4.       menghindari konflik dan mendekati para tokoh masyarakat;
5.       berusaha menguasai kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat
Strategi dakwah para wali itu sesuai dengan substansi dakwah (memberi manfaat bagi orang lain). Misalnya, Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat) bagi orang lain. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik. Sabda Nabi Muhammad SAW; "khoirun naasi 'anfa'uhum linnas".
Strategi dakwah ini ikut memperlancar dan mempercepat perkembangan Islam adalah karena melemahnya kekuasaan kerajaan Majapahit Hindu dan Islam harus berhadapan dengan dua jenis lingkungan budaya Kewajen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah mapan dengan mengolah unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang tetap hidup dalam kegelapan animisme-dinamisme dan hanya lapisan kulitnya saja yang terpengaruh Hinduisme. Babad Tanah Jawa diterangkan bahwa Raja Majapahit menolak tidak mau menerima agama baru. Jika raja tidak mau atau menolak, tentu tidak akan mudah Islam masuk ke dalam lingkungan istana.

Komentar

Postingan Populer